Minggu, 19 Desember 2010

cendolo na' tape...

Aku senang dengan keganjilan. Ahh... bukan, aku salah. Keganjilan yang jatuh hati padaku. Kata jangkrik yang bernyanyi sampai mati saat kepergok cahaya rembulan yang cantik.
Kutarik benang putih yang pecah keluar dari perutku, lalu kusulam jadi kain penebus dosa untuk kita di tanggal berakhirnya dunia. Aku selalu lupa kalau rindu padamu, ingin memelukmu, menciumi bau tubuhmu dan takut kalau ribut angin laut tak bisa membawamu kepesisir pantai. Tapi itulah yang tertulis. Ini bukan cerita tentang barisan patah hati atau cerita tentang gejolak puber ke-5, Anggap saja ini cerita tentang perantau dari selat seberang yang tidak ingin berada di antara kaki-kaki kalian. Memusuhi cinta setelah di terbangkan tanpa sayap lalu dihempaskan begitu saja kedalam perut bumi, dan seketika menganggap cinta adalah pembodohan. Aku bukan lelaki romantis yang duduk diantara rasi bintang sambil memainkan biola yang terbuat dari potongan kayu dan usus kambing.
Akan kuceritakan pada kalian tentang nanti. Suatu kisah yang belum terjamah. Ketika helios belum merencanakan jadwal putaran matahari esok pagi. Ketika para peri okeanida masih bercengkrama dibawah kabut, sesaat sebelum es pekat, mencair menjadi air. Dan cara menelan cinta tanpa mengunyah nafsu setelah asia carrera bersemayam dilutut kirimu.



“cinta tidak bodoh. Kita membutuhkannya. Pelakunya saja yang tolol.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar