Selasa, 15 Juli 2014

Desember!

Aku berwujud ruang, pada dua belas bulan di kalender tiap tahun. Ruang yang berisi dua belas kursi goyang, masing-masing memiliki warna berbeda nan terang. Yang boleh terisi satu kursi saja sebagai bentuk hubungan. Yang satu pergi yang lain datang.

Aku berwujud ruang, pada Desember yang bergonta-ganti memainkan kedua belas kursi goyang. Semacam fregoli delusion, dimana kedua bola mataku bertanya pada kuping kiriku, apakah semua yang kutemui adalah sama? Tentu saja tidak atau tentu saja iya. Anggap saja dalam tubuhku tumbuh keraguan yang di paksa mendramatisirkan kenangan, sebuah kisah yang tak lekas redup hanya karena malam berganti siang, atau karena kalian memiliki angka yang sama, angka yang membuatku kembali menjadi skizofrenia tanpa harus mengiris pergelangan tanganku hingga berdarah.

Mereka bukan Desember manufaktur, mereka membalas sedemikian rupa dengan paruhnya yang tajam, hanya saja terkadang ada hitam di ujung kuku setelah menggaruk hatiku yang berlapis kertas minyak. Dan beberapa minggu belakangan ini, Desember yang tak kalah rumit, atau Desember yang mungkin tak terhipnotis oleh gombalan usus kambing yang lahir di antara rasi bintang kemudian membuat pelangi meledak di kepalaku seketika. Ini pagi, pukul tujuh membelah diri jadi dua, mataku meraung mencari langit, aku terhimpit tubuh sendiri. Jika kedatanganmu membuat jalanku menyeringai jadi rintangan dan awan adalah sekumpulan bara api yang membuat langitku memerah, mungkin yang tak sampai pada hatimu adalah debar-debarku, Desember!