Kamis, 17 Mei 2012

Monolog Si Pembual

Tak ada manusia yang ingin di maki tanpa sebab, dan jika pun ada, mendekatlah kemari, dengan senang hati saya memberikanmu sejuntai kebahagian penuh caci dan berlimpah makian...

Tergeletak bukan berarti tak berdaya, lelaki kecil kusam itu berjalan di antara kartu-kartu yang menjengkelkan, berlari diantara hujan benda runcing, hingga terlelap dalam pelukan si peramah sekaligus pemarah. Berulang kali. Beberapa minggu ini.

Pagi pun tak seramah yang mereka bicarakan dan malam terlalu marah untuk di taklukkan. Lelaki kecil itu hanya ingin memaki, pada siapapun yang bersedia, sekalipun pada benda mati. Kebanyakan orang berbicara tentang hidup yang santai, namun lelaki kecil kusam itu berfikir bahwa hidup yang santai itu hanya untuk Si Pembual. Sampah!

Ia terus melanjutkan perjalanannya, mencari sesuatu yang bisa membuat dirinya melampiaskan nafsunya kepada siapapun yang bersedia, sekalipun kepada bintang yang jatuh. Hingga suatu senja yang berlebihan, ia bertemu dengan seseorang yang memiliki paruh dan sayap kecil berwarna keemasan. Ia mengaku sebagai utusan dari kerajaan asgard, di perintahkan oleh tuannya untuk melampiaskan nafsu si lelaki kecil yang semakin kusam di landa amarah tak tercapai.

"Berhentilah berjalan, saya di utus untuk kau maki hingga usia mu habis"

Lelaki kecil itu malah kembali melangkah kedepan, dan tak memperdulikan apa yang si pemilik sayap keemasan katakan. Lelaki berparuh itu kembali berdiri tepat didepan si lelaki kusam. Saling melempar senyum. Yang terhadang kembali berjalan. Berulang kali. Berkali. Hingga ratusan, lalu ribuan lelaki yang sama menghadangnya. Memohon untuk di maki.

"Apa untungnya bagimu?"

"Hanya menjalankan perintah"

"Kalau begitu aku ingin memaki tuan mu saja"

"Apa kau memiliki kriteria terhadap apa dan siapa kau memaki!"

"Untuk melampiaskan nafsu, maka saya tidak memilihmu"

"Dan pembual yang kau maksud adalah dirimu sendiri?"

":)"