Selasa, 23 Agustus 2011

cepatlah kembali, setan!


Matahari belum menampakkan keperkasaannya, embun yang sedari tadi menggenang kecil di tiap-tiap sudut jendela kaca, sadel motor yang terparkir dihalaman tak berpagar dan di tiap pasang sepatu bertali merah masih melekat dan berair. Nyanyian kecil burung gereja, sentuhan nakal nyamuk beranda dan rasa kantuk yang berani menembus pagi, membuat kudua indra pendengar saya tak sengaja mendengar tipis pertengkaran di luar sana. Entah dari mana asalnya, intinya pertengkaran tipis itu tak jauh dari tempat saya.

Beberapa lagu telah terputar di winamp, batang rokok pertama telah hampir diujung terbuang dan rasa kantuk yang berani menikmati pagi, membuat kedua indra penglihatan saya menyaksikan pertengkaran tipis tepat didepan saya. Mereka saling caci sambil memaki satu sama lain. tamparan bercampur liur berkecamuk lalu berbekas di pipi dan pelipis perempuan yang memiliki mata api. Sesekali mereka memandang saya, si lelaki yang mempunyai kepalan tangan besar menatap sinis dan si perempuan bermata api menatap dengan penuh tanya. Saya hanya terdiam, menambah volume winamp, lalu kembali membakar rokok dan anehnya, pertengkaran kecil itu makin jelas ditelinga dan makin mendekat di wajah saya.

Si lelaki dengan badan tegak dan mempunyai kepalan tangan besar itu makin bringas, kedua kakinya sudah ikut ambil bagian di wajah si perempuan bermata api lalu ia terpental beberapa meter ke sisi kiri. Monitor saya ikut bergeser ke sisi kiri.
Suara tangis pun mulai terdengar. Sedikit demi sedikit bola matanya mengeluarkan lahar sebesar jagung. Melelehkan kedua sisi hidungnya, lalu pipinya, pakaiannya dan monitor saya pun berasap. Beberapa detik kemudian, sisi hidungnya, pipinya, pakaianya dan monitor saya kembali seperti semula.

Perempuan bermata api sudah tak bergerak, terkapar disudut kiri monitor, berlumuran lahar dan berasap hitam. Si lelaki yang bringas itu pun bersandar di sisi kanan monitor dan menatap ke si perempuan bermata api, sesekali menatap keluar layar monitor.

Hening. Tak ada suara. Lagu yang saya putar dengan volume yang full-pun tak terdengar. Mungkin speaker saya sedang rusak atau apalah.

Tiba-tiba saja saya bertanya kepada lelaki bringas tersebut.

“apa yang kau lakukan pada perempuan itu?

Ia hanya menatap sinis sambil memainkan recycle bin yang ada dalam monitor. Saya pun makin penasaran dan kembali berani bertanya.

“kalian dari mana? Apa yang kalian lakukan dalam monitor saya?”

Lelaki bringas itu membalikkan badan lalu menelan recyle bin yang ada dalam monitor. Saya hanya terdiam dan tidak memindahkan arah mata saya kewajahnya. Lalu ia mendekat dan berkata.

“ia pantas mendapatkannya!”

“apa salahnya?”

“apa saya harus menjawabmu?”

“kalau kamu tidak keberatan”

Ia mengambil sesuatu dikantong bajunya, seperti kertas atau lebih mirip peta harta karung yang isinya hanya angka dan huruf yang tak beraturan.

“ini adalah data penting bangsa kami, dan perempuan sialan itu telah menelan sebagian data ini!”

Saya pun mengernyitkan dahi dan kembali bertanya.

“memangnya kalian bangsa apa?”

Lelaki bringas itu menyodorkan tangannya, seperti mengajak saya ke sesuatu tempat yang belum pernah terjamah oleh dewa ares sekali pun!

“kemana?”

“ke tempat dimana bangsa kalian bisa menjadi tuhan sekaligus setan”

Senyuman matahari sudah nampak dari luar jendela, beberapa bebek terdengar kelaparan dan ada yang sedang bersenang-senang di genangan air yang sama sekali tak dalam. Saya pun penasaran dan memberikan tangan saya kepada tangannya yang telah menunggu sedari tadi.

Dalam sekejap saya pun merasakan sesuatu yang beda, sesuatu dimana dan apapun itu bisa saya lakukan dengan mudah. Dimana identitas berubah-ubah, dari nama yang super panjang sampai tempat tinggal yang tak bertanah. Dimana pun kalian ingin hidup, di negara mana pun, di kota mana pun. Kisah romantis, sumpah serapah hingga perselingkuhan membanjiri tempat ini.

Perempuan bermata api itu pun di bawah beberapa algojo yang menyerupai “police cyber”, entah di bawah kemana. Lalu lelaki yang mempunyai kepalan tangan besar ini tiba-tiba saja menjadi tua, memakai tongkat dan berjalan bungkuk. Lalu berkata.

“baterei saya lemah”

Saya tidak mengerti apa yang ia maksud, mata saya berseliwerang kemana-mana mencari lelaki yang memiliki kepalan tangan besar itu. Dan lelaki tua itu kembali berkata.

“saya lelaki yang membawamu kesini, sebentar juga kau akan mengerti”

Dan benar. Beberapa menit kemudian, lelaki tua tersebut berubah sedikit demi sedikit seperti saat pertama saya melihatnya. Berbadan kekar dan memiliki kepalan tangan besar. Lalu ia kembali mengajak ku berjalan-jalan.

“ini adalah ‘wajah buku’ dan tempat terpopuler saat ini. Perempuan bermata api tadi mengganggu ketentraman masyarakat zynga. Ia adalah salah satu pencuri di tempat ini!”

“lalu perempuan bermata api itu dibawah kemana?”

“ia sudah di hukum permanent!”

Tiba-tiba lelaki bringas tersebut menunjuk ke arah belakang saya, dan berkata.

“itu adalah tuhan di daerah ini, ia yang menciptakan tempat ini”

“itukan mark zuckerberg?”

Lelaki bringas itu hanya melempar senyum dan kembali mengajak saya berjalan. Beberapa kali saya memperhatikan dari tempat ke tempat, dari daerah ke daerah, semuanya terasa dekat. Antara sejarah dan masa depan, antara bumi dan langit, surga dan neraka, venus dan uranus hingga bumi dan mantan planet pluto.

Akhirnya saya menemukan diri saya yang sedang tertidur pulas di salah satu kursi panjang di taman “wajah buku”. Saya mencoba membangunkannya, tapi tetap, ia tak bangun dari tidurnya. Dan lelaki bringas itu kembali berkata.

“ia tidak akan bangun, ia sedang bermimpi buruk. kebanyakan yang tidur disini, akan mengalami mimpi buruk. Lagian, tidak ada yang bisa bangun sebelum memberikan alamat pribadi beserta sandi-nya”

“apa semua seperti itu saat tertidur?”

“tidak! Tapi mereka yang menjadikan ini dunianya akan kembali dalam kurung waktu yang tidak lama. Paling lambat sejam”

“apa mereka yang seperti itu bisa terhitung?”

“butuh waktu untuk mendatanya, apa kamu bagian dari mereka?”

“kembalikan saya ketempat semula, saya ingin tidur dan bangun disiang hari untuk bertemu pacar saya yang akan berangkat ke palopo hari ini!”

Kamis, 18 Agustus 2011

Tidak Selamanya Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu




Sama dengan doa, tidak selamanya doa seorang ibu lebih manjur daripada doa-doa yang lain.

Terkadang hidup seperti lelucon para pelawak masa kini, menyedihkan dan sangat serius atau terkadang hidup lebih aneh dari fiksi sekalipun. Jika manusia bisa memilih hidupnya masing-masing, bisa dipastikan konsep surga dan neraka tidak akan efektif lagi sesuai isi al-kitab yang ada. Saya sendiri tidak begitu perduli dengan surga dan neraka!

Malam itu, dimana semuanya berubah menjadi bara api yang makin lama makin membara, tak ada hujan, hanya gemercik kesedihan melihatnya bergandeng tangan dengan seorang pemilik wajah dari balik awan mendung dimalam hari. Tak ada yang setia, semuanya begitu absurd.

Malam itu aku berteman dengan kesunyian, berselimut kesedihan, bermata marah saat melihatnya dari arah belakang. Beberapa kali aku bercinta dengan rumah dan ia bercinta dengan pemilik wajah dari balik awan mendung. Ia memilih hidup seperti binatang, meninggalkan anaknya setelah tidak menyusu lagi atau si anak sudah bisa membaca situasi dalam rumah, atau apalah namanya, intinya saya bukan anak yang kau pungut lalu di beri roti dan susu setiap pagi dan malam hingga sebesar ini dan merasa seperti alien dirumah sendiri.
Kini semuanya telah usai, kau memilih hidup seperti binatang dan aku memilih hidup seperti ini yang kau anggap, sampah, gembel, dan tak karuan. Tapi paling tidak, sampah, gembel dan tak karuan itu bisa menjagaku dan menyanyangiku lebih dari kau, yang melahirkanku!

Sekarang saya tidak akan berlutut memohon maaf di telapak kakimu yang konon katanya ada surga dibawahnya, cuihh.
Tapi tenanglah, dalam hatiku tidak ada namanya mantan ibu. Semoga kau mengerti apa yang kurasakan! :)

Aku akan pergi kedunia yang anak-anaknya lahir dari dalam akar batu, ber-ibukan pelangi, tak menyusu dan tak belajar menjadi binatang. Dimana setiap jalanan adalah surga dan teman adalah malaikat. Aku akan bahagia tanpa atap rumah yang pernah kau tawarkan dan akan senang berada diantara berandalan berambut Mohawk!

*dari seorang teman yang berjenis kelamin perempuan dengan rambut mohawknya yang berteman dengan putra angin! katanya, "ini untuk ibu yang berani melahirkan seribu bayi"