Kamis, 30 Desember 2010

Pelarian Di Akhir Tahun

Sepertinya sudah bukan kebetulan lagi, apa kalian percaya kebetulan?

Tiga tahun yang lalu, ia mencari kotak tua berisi kisah cintanya yang kandas. Berputar mengelilingi setiap inci tubuh lawan mainnya, dan kotak tua itu sudah dimiliki orang lain. Sedih, dendam dan lelahnya ia tempelkan dipunggungku.

Setahun berikutnya, ia kembali kehilangan. Rambut gimbalnya yang tersayang, di curi seseorang. Sialnya, kejadiannya tepat di saat ia semakin menjadi tua. Sedih, dendam dan lelahnya kembali ia tempelkan di punggungku.

Tidak beda dengan tahun-tahun sebelumnya, ia kembali kehilangan sesuatu yang sama di akhir tahun. Kehilangan mempercayai seseorang. Parahnya, ia juga kehilangan kepercayaan diri terhadap perilaku menyimpan kepada seseorang. Anehnya, lagi-lagi sedih, dendam dan lelahnya kembali ia tempelkan dipunggungku.

Ingin ku sembunyikan di balik siang hari, tapi kutakut matahari menatap garang.
Ingin ku selipkan pada malam hari, tapi kuragu pada rembulan.
Tubuhku lupa bilang pada dirinya sendiri, jika ia sudah kehabisan teman untuk menyimpan.

Selamat tahun baru adhy, semoga tahun depan kebetulan sudah punah.


Minggu, 19 Desember 2010

lady die...

saya ingin menulis, mengisi kertas putih dengan jutaan warna tinta yang baru kukenal, membuat ribuan kalimat yang sama sekali belum kuhafal wajahnya. Tapi entah mulai dari mana. Kucoba dari bumi kelangit, aku tidak setinggi mimpi saat terbangun. Kucoba dari langit kebumi, tapi aku takut bertemu dengan cupid yang selalu membidikku dengan panah antirosnya. Ada kertas yang tidak ingin ditulisi, hanya ingin dijadikan kapal-kapalan lalu direkatkan di punggungnya. Lalu cermin baru pecah akibat dilema lama, utuh lagi dan kembali pecah. Begitu seterusnya hingga cermin menolak menyatukan diri dan malah menjauh darinya, perempuan itu terdiam. Ia sadar, bahkan roh pun mendekat padanya kini enggan!!!

taradidi #1 : Dunia Tanpa Tubuh


inilah negeri bebas. dunia tanpa tubuh melainkan seluruhnya hanya terdiri dari data dan bergunung-gunung teks dari berbaris-baris dialog yang dapat digulung turun-naikkan dilayar. dunia yang terdiri dari jutaan alamat tempat tinggal yang dipilih dari nama identitas yang tak berupa, tak berkulit warna, tak berkelas sosial. Nama-nama berwajah teks. Sebuah dunia dimana dan apa saja bisa melepas dan kembali merajut jaring abu-abu lembek dari sistem saraf global yang menjadi denyut negeri ini. Sebuah negara bersistem web dan bernyawa listrik yang terhubung pada koneksi jaringan komunikasi universal.

Didunia tak bertubuh ini, diri bisa memecah dalam pribadi-pribadi. Identitas menjadi avatar. Manusia yang menjelma tuhan sekaligus setan, tidak dilarang. Bahkan anjing dan tukang jagal, bisa menjadi malaikat atau apa saja. Informasi berlarian, puisi bertaburan, kalimat-kalimat menggenang mencemari lingkungan, perang kata terjadi dimana-mana...

Oke, inilah saatnya. Kau siap?

cendolo na' tape...

Aku senang dengan keganjilan. Ahh... bukan, aku salah. Keganjilan yang jatuh hati padaku. Kata jangkrik yang bernyanyi sampai mati saat kepergok cahaya rembulan yang cantik.
Kutarik benang putih yang pecah keluar dari perutku, lalu kusulam jadi kain penebus dosa untuk kita di tanggal berakhirnya dunia. Aku selalu lupa kalau rindu padamu, ingin memelukmu, menciumi bau tubuhmu dan takut kalau ribut angin laut tak bisa membawamu kepesisir pantai. Tapi itulah yang tertulis. Ini bukan cerita tentang barisan patah hati atau cerita tentang gejolak puber ke-5, Anggap saja ini cerita tentang perantau dari selat seberang yang tidak ingin berada di antara kaki-kaki kalian. Memusuhi cinta setelah di terbangkan tanpa sayap lalu dihempaskan begitu saja kedalam perut bumi, dan seketika menganggap cinta adalah pembodohan. Aku bukan lelaki romantis yang duduk diantara rasi bintang sambil memainkan biola yang terbuat dari potongan kayu dan usus kambing.
Akan kuceritakan pada kalian tentang nanti. Suatu kisah yang belum terjamah. Ketika helios belum merencanakan jadwal putaran matahari esok pagi. Ketika para peri okeanida masih bercengkrama dibawah kabut, sesaat sebelum es pekat, mencair menjadi air. Dan cara menelan cinta tanpa mengunyah nafsu setelah asia carrera bersemayam dilutut kirimu.



“cinta tidak bodoh. Kita membutuhkannya. Pelakunya saja yang tolol.”

Rabu, 01 Desember 2010

Syndrome Akut Genre

Dulu aku PUNK ROCK, berontak kesana kemari, melawan yang entah siapa menjadi musuhku, anti kapitalis, mabuk sepanjang hari dan anti ini itu. Tapi itu dulu, setelah aku sadar kalau jadi punk rocker itu sama sekali tidak keren. Aneh dimata tetangga, sampah masyarakat, di cap krimanal dan susah dapat gebetan gadis SMU. Paling tidak seperti itu. Sekarang aku bagian dari EMO LOVERS. Kupanjangkan rambut depanku, make-up tipis baluti wajahku layaknya emo sejati. Kupandang diriku di cermin, ternyata aku sudah lebih keren dari kemarin dan dengan lumayan mudah aku menggaet gadis labil yang ababil. Tapi, aku jadi risih jika setiap pagi dan sore harus berdandan seperti ini. Kemarin kulihat temanku nge-band di festival musik yang diadakan sekolahku, ia sangat keren dengan skrap hitam dikepala. Kutawari sebatang rokok, tapi ia menolak. Katanya, saya bukan lagi perokok, alkoholik apalagi pecandu ganja atau istilah kerennya “STRAIGHT EDGE”. ini baru sebagian. Pikirku itu sangat keren, dan mulai sekarang aku akan jadi HARDCORE yang STRAIGHT EDGE. Beberapa minggu kemudian, aku menjalin asmara dengan gadis SMU. Tapi sayang ia lebih suka berdandan hitam-hitam, layaknya METAL yang sama sekali tidak menyeramkan dan lucu bagiku. Bila malam minggu tiba, ia berkumpul dengan komunitas REGGAE dan berdandan regge style. Bob marley di dada, dirubahnya malam dengan penuh warna. Minggu-minggu berikutnya bersama PARTY DORKS, CHANGCUT RANGERS dan OUTSIDER’S and LADY ROSE. Sepertinya aku harus banyak menyesuaikan diri agar bisa dapat cintanya lebih dalam, karena aku adalah BENALU PARASIT DARI MUSIK YANG KALIAN MAINKAN.