Kamis, 20 September 2012

Stupid Song & Travis Idiot


Malam itu kita duduk bertiga, memecahkan tenggorokan dengan sebotol red wine, yang lain melaksanakan kewajiban sebagai Muslim. Menyuruhku menambah personil band yang hingga sekarang band itu seperti darah yang mengering sedikit demi sedikit. Aku tidak peduli lagi dengan band dan kau tidak tahu itu. Yang kau tahu hanya membuat kami senang, bahagia dan tertawa walau kau tersiksa, kau memang Stupid! Kita pernah mengantar mayat seorang kawan dengan hingga terjebak di antara rindangnya pohon bambu, di antara arak yang kau tuang dan potsi yang muncul dari sakumu. Aku tak melihat jalan. Tak mengenalmu. Tak memperdulikan tawa kalian. Aku di opname. Saat bertemu dengan mu lagi, tetap dengan senyummu yang tak berubah, dengan logatmu yang khas, kau mengajakku lagi bersenang-senang. come on Stupid!




Pagi itu tak ada jam yang berdentang untuk membangunkan, matahari pun tak sanggup. Entah mengapa benturan demi benturan botol jhon robin dalam tas si Travis begitu menggiurkan. Anjing!!! Helios pun tak mampu mabuk se-pagi ini! Tak ada isi perut. Tak ada air putih. Hanya itu yang kau tawarkan? Tak apalah, asal "bukan omong kosong yang engkau tawarkan, babi!".



Kemarin aku dan si kelabang menemui mu. Kau melihatnya. Kami tak melihatmu. Apa kamu se-egois itu sekarang? Sumpah, kamu tampak lebih tampan menggunakan sweeter "Krass Kepala" pemberian perempuan si penjahit dari tanah sunda itu. Kapan-kapan aku membawakanmu papan skate dan sebotol bir untuk menumpahkannya di makammu. Semoga kamu mabuk!



Ngeeng ngeeng ngeeengg... Ayolah Stupid, kamu ini bukan pembalap. Sekalipun yang kau tunggangi itu secepat kilat, kau tetap tak mampu juara. Kau tahu-kan alasannya? Kita cuma butuh beberapa kursi dan sebuah meja untuk melingkar. Atau paling tidak melantai. Melantungkan lagu-lagu yang di buat oleh Bronx. Hingga Bronx sendiri kadang sudah tak menghapalnya. Sudahlah, ini terakhir kali aku menulis tentang kalian, saya tidak ingin di anggap narsistik oleh malaikat utusan tuhan.

Rest In Paradise! We Love You Bastard!!!







Selasa, 18 September 2012

"Revolation"

Trotoar berpayung matahari...

Menanggalkan terik dari tubuh yang tertapis. Tepat di atas kepala. Debu menghampiri. Berpendar tanpa aturan. Tak terlihat. Betapa tebalnya mereka. Delapan kilometer setiap hari. Enam hari dalam seminggu. Aku juga perlu dua puluh empat jam untuk bercengkrama dengan kiara. Senyuman kecilku satu-satunya. Yang kini lebih sering bercumbu dengan mutia, perempuan yang mampu merajut mimpi buruk sang angin di pucuk senjakala. Hampir setiap malam. Sama seperti tetanggaku yang kontrakannya berhadapan dengan rumahku. Peninggalan suamiku. Ia seorang Agnostik. Tidak percaya pada kitab yang mengajarkan bahwa laki-laki lebih unggul, lebih kuat dan lebih cerdas. Membuktikannya tanpa satu sanak keluarga pun. Perantau. Mampu meretaskan warna diatas valet dan menghamburkannya di atas kanvas. Meretaskan kata di dalam pikirannya dan menghamburkannya di atas kertas.

Langkah demi langkah menjejak di tanah. Kadang kering kadang basah. Menjajakkan warna demi warna yang menyatu, membentuk sebuah cerita. Kebanyakan bertema kehidupan, kesetaraan dan bodohnya sistem di negaraku. Kadang juga ada yang pesan di buatkan sesuai kepercayaan mereka.

Hidup bukan untuk menunggu mujizat, makanya aku berjalan. Tentunya dengan caraku sendiri. Cara seorang perempuan menantang matahari dan menantang omongan kalian yang menganggap kami hanya sekedar lukisan yang di pajang tanpa mampu berbuat apa-apa.

Untuk lelah melewati hari demi hari di bawah budaya garis laki-laki, aku dan mutia hanya tersenyum, jika ada yang menilai kami lemah hanya karena kami memiliki vagina. Jika keyakinan dan kepercayaan tidak mengajarkanmu menghargai hak hidup mahluk lain di sekitarmu, itu makanya kami melawan atas dasar kebebasan dan cinta.

"revolation" adalah tentang tatanan dunia baru, tapi mungkin yang ada di Alkitab karena Tuhan ingin kita datang bersama-sama dan protes ke-tidakadilan dan membawa kembali kebebasan dan cinta.