Senin, 27 September 2010

"Si Anak Emas"

rembulan malam itu menatap senyum dan tawanya...

alam yang sangat ramah saat itu ternyata punya maksud...

malaikat sedari tadi memperhatikannya menikmati arak makassar...


siapa yang mampu menghentikannya...?

siapa yang bisa menundanya...?

siapa yang kuat melawannya...?


"bungamu sudah jatuh empat puluh satu hari yang lalu, kami hanya di tugaskan menjemputmu kembali"


sopanmu kepada kami, santunmu kepada mereka, tak akan ada lagi...

sopanmu kami rindukan, santunmu tinggal mereka khayalkan...

suka, duka, cerita dan derita tinggal kenangan yang membekas dihati dan ingatan...


SELAMAT JALAN ANAK EMAS...










Briptu. TAUFAN ARIHADI

Senin, 20 September 2010

"alasan klasik"

kita tidak akan pernah tahu pasti seberapa panas api neraka membakar habis kulit dan tulang-tulang yang melekat di tubuh ini atau kita tidak akan pernah tahu pasti surga yang di tawarkan tuhan itu ada atau hanya khayalan, mimpi atau dongeng belaka sebelum kita mati.
sama seperti keingintahuan ku terhadap tempat hiburan malam, clubbing atau semacamnya dengan jutaan rasa penasaran yang membabi buta membuat ku sudah berada di antara jl. ujung pandang. panorama dan aura malam yang di tawarkan secara gratis pantai losari menambah indahnya kota yang dikenal sebagai kota angin mamiri.
sebenarnya jika di suruh memilih, aku lebih senang berada di antara gerombolan berambut mohawk yang sedang berdiskusi tentang perlawanan, pemberontakan, pengkotakan dan kapitalisme industri musik yang mengatasnama-kan "indie"...
tapi ini masalah perasaan dan ke-ingintahuan yang luar biasa, aku tidak puas jika hanya mendengar dari omongan teman-temanku yang pernah kesana, apa lagi harus percaya pada mereka yang belum pernah sekalipun mencicipi tempat yang konon katanya surga dunia.

"hmm.. mau surga dunia, surga akhirat atau neraka sekalipun, aku tidak perduli..."
aku cuman ingin tahu, seberapa hebatnya tempat yang di juluki surga dunia itu hingga bisa di bilang separuh masyrakat konsumtif di kota ini bergonta ganti datang menikmatinya.

sepertinya rembulan mengikuti langkahku menuju jl.nusantara, tak apalah. siapa tahu rembulan juga ingin tahu ada apa di dalam sana, mungkin ada bintang-bintang seperti bintang yang kadang tampak menemani di sisinya atau mungkin saja ada rembulan-rembulan yang tak seterang dan seindah dirinya.

tak terasa akhirnya aku sudah berdiri di depan pintu masuk salah satu bangun yang berjejer di suguhi pemandangan sexy girl...
sepertinya kedua security/satpam itu nebatapku dengan sinis, ternyata benar. mereka menghalangi langkahku untuk masuk kedalam.

"ada ktp...?"
"ohh... tunggu""ini pak..."
untung aku membawa dompet yang selalu aku tinggalkan, coba kalau tidak. pasti rasa ingin tahu dan penasaraanku akan tertunda...
entah apa gerangan sehingga mereka menghentikan langkahku, mungkin karena penampilanku yang berbeda dengan yang lain...

akhirnya sala satu dari mereka mempersilahkan aku masuk setelah memberikan kembali ktp-ku...

berselang beberapa detik, aku dan temanku sudah duduk berhadapan dengan meja sebagai penghalang antara aku dan temanku.

"pesan apa pak"tanya pria berkemeja putih tersebut kepada temanku..

"2 botol bir dingin"

tidak salah lagi, pria berkemeja putih itu adalah pelayan di tempat ini...
mataku mulai perih karena asap rokok yang mengepul dan lampu-lampu blitz yang berkedap-kedip, jantung dan telingaku pun merasa ternganggu akibat alunan musik yang berdetak keras dengan irama house music yang memuakkan. setan-setan pun berpesta, menanamkan ranjau-ranjaunya dalam diri wanita murahan, melesatkan panah nafsu untuk kemudian ditepuki dan di sertai suit-suit kecil saat manusia mulai tergoda. akal sehat pun telah mampet, tak lagi berfungsi.

aku mencoba menahan perih di mataku sembari melihat kesana-sini, tampak beberapa wanita yang menggunakan pakaian seadanya atau sangat minim, ada yang di pangku sambil berciuman, ada yang menari seperti ular kepanasan dan ada yang menggelengkan kepalanya tepat di depan lelaki paruh baya berkulit hitam...
beberepa menit kemudian, bir dingin yang di pesan datang juga. tak lama berselang 2 wanita yang menuggunakan t-shirt super ketat sehingga tampak jelas payudara-nya yang hampir menyembur keluar itu menyapa dengan lembut.

"hai..."
temanku pun langsung dengan cekatan dan sigap penuh senyum kemenangan membalasnya...

"hai manis..."
"sini duduk..."

tanpa basi-basi pun ke 2 wanita itu menuruti perintah temanku, yang berambut panjang menggunakan t-shirt warna putih duduk di samping temanku dan yang satu duduk di sampingku dengan potongan rambut pendek mirip ala polwan dan menggunakan t-shirt berwarna merah terang.

lampu blitz yang kerlap-kerlip seperti pesta kembang api di malam pergantian tahun itu membuatku sulit melihat wajah di balik make-up tebal yang duduk di sampingku tersebut. namun setelah salah satu lampu blitz berwarna kuning ke-emasan menyorot wajah wanita tersebut, walaupun hanya hitungan detik aku sudah dapat melihatnya.

tapi kenapa perasaanku tiba-tiba membuatku kembali ke masa lalu. akuingat seorang gadis manis nan-lugu yang selalu teriak di pagi hari dengan seragamputih merah dan tas besar di belakangnya. masalahnya aku sudah lupa siapa nama gadis manis nan-lugu yang selqalu memanggilku di pagi hari. jangankan namanya, kabar pun tak pernah ku dengar seperti di telan bumi setelah pindah saat kami duduk di bangku kelas 4 salah satu sekolah dasar di kota ini.
"ahh... tidak mungkin, dia-kan di didik dengan baikdan penuh kasih sayang sama ke-2 orang tuanya.." bisik ku dalam hati.

"kok diam...?""halloo...?"
"ehh... sorry sorry"

"kok diam...?"

"hehe... nda'ji"
"minum ki' bir-mu"
wanita yang sedari tadi berada disampingkumenyodorkan gelas yang penuh dengan biri dingin.

"oh... iye'..."
aku-pun langsung meminum bir dingintersebut dan hampir setengahnya habis. ternyata aku ke-hausan, semoga tidak haus akan dunia seperti ini.

"haus ya...?" sambil tersenyum kecil.

senyum itu tidak asing, sepertinya senyum itu pernah mengisi hari-hariku.
"hmm.. lumayan""ehh.. siapa nama mu?"

"elzy, panggil aja zhizi. kenapa?"

"oh, nda' ji"

perasaan tidak ada nama se-rumit itu saat bersekolah dulu, atau mungkin saja dia berganti nama?
"ahh, bodoh" gumam-ku dalam hati.

toh aku datang kesini bukan untuk mengetahui siapa dia.
aku kembali pada tujuanku pertama. ke-ingintahuan dan rasa penasaran atas surga yang di buat setan.

"ehh, berapa semalam?"
"siapa, saya?"

"iye'..."
"sejam Rp.175.000"
"ohh..." cuman itu jawabanku.
paling tidak aku sudah sedikit tahu tentang kehidupan disini, akuj tidak ingin terlalu jauh bertanya.
"kenapa, mau?" sembari menatap mataku dengan senyumnya yang manis.

"nda'ji"
"irwaaann...!!!"

dia menyebut namaku dengan ribuaan perasaan terkejut dan tangannya menggenggam bahuku berusaha memalingkan wajahku, tampa di-dikte-pun akusudah memalingkan wajahkuj dengan rasa penasaran.

sekarang aku semakin yakin kalau dia adalah teman semasa kecil dulu, tahi lalat di bawah mata kanannya adalah tanda kalau dia benar teman lamaku yang bernama sari...

sekali lagi lampu blitz berwarna kuning ke-emasan membantuku untuk dapat melihat jelas tahi lalat di bawah mata kanannya. secara spontan akupun langsung teringat namanya.

"sari...???"
"astaga, saya kira mati moko irwan hahaha" tawanya sangat lepas, seperti ridak ada beban di pundaknya sama sekali.

"kerja ko' di sini-nah?"

"iyo irwan"

"kau iya dimana ko' kerja?"
"ihh, saling kenal jako pale'...!!!"

temanku memotong pembicaraan kami, tapi tak ku hiraukan dan sari pu hanya tersenyum kecil. sifat tertutupnya pada orang yang tidak terlalu dikenalnya masih seperti dulu...

"tunggu dulu, kerja betulan ko' disini?"

"iyo irwan, kenapa-kah? mdd, pasti jijik ko' juga punya teman seperti saya-toh?" garis cemberut pun mengotori diwajah manisnya.
"bukan itu maksudku. ehh, kenapa ko' bisa sampai disini-nah? kenapa ko' bisa kerja di tempat seperti ini sari?"

sari belum menjawab, temanku pun teriak memesan.

"bos, tambah bir dingin-nya dua botol sama surya satu bungkus"

perasaan bir-ku belum habis, tapi temankuj tetap pesan dua botol.

"ahh nda penting ji" gumam ku dalam hati lagi.

"panjang ceritanya irwan!!!"
dengan wajah tertunduk, seperti-nya sari ingin mengeluarkan semua unek-uneknya, semua marah, kesal, dendam dan entah apa-lah itu semua. aku hanya fokus ingin mendengarkan kejadian yang menimpa teman lamaku ini yang sempat kulupa namanya.

"ada dua adik-ku irwan. yang ke-2 kelas 2 smp dan yang ke-3 kelas 5 sd. berubah ki' sikapnya pace-ku tiga tahun belakangan ini. selalu ki' mabok-mabokan, pulang malam, parahnya lagi suka na pukul mace-ku kodong, baru nda pernah mi na peduli anak-anaknya."

air matanya pun tak tertahankan lagi, tak terbendungkan lagi, mengalir bagai sungai tak berujung. polesan make-up yang tebal kini terlihat menor dan luntur.

belum sempat aku bertanya, sari kembali melanjutkan ceritanya.

"baru mace-ku juga sakit-sakit mi kodong, kurus sekali mi sekarang. terlalu sakit mi hatinya, apa lagi pas adekku di kasi' keluar dari sekolah gara-gara nda membayar uang sekolah"

"tapi-kan banyak ji pekerjaan yang lebih baik dan lebih terhormat dari pada ini sari"

"saya tau ji irwan, salah ka memang. itu hari nda tau mi apa saya mau lakukan, baru tiba-tiba datang teman ku tawari ka ini pekerjaan. nda pikir panjang ma langsung ka pa' iyo ki'"
"berapa lama mako kerja disini?"

"sekitar 4 bulan ma irwan, saya juga tidak terikat kontrak atau semacamnya. cuma 40% pendapatanku di ambil sama pengelolah tempat ini. lagian juga terpaksa ja kerja disini, kalau bukan kebutuhan ekonomi keluargaku, nda mungkin ja mau kerja begini."

kata "TERPAKSA" memang selalu menjadi "ALASAN KLASIK" di era serba menuhan-kan uang, uang dan uang. tidak ada manusia yang bermimpi menjadi pencuri sebelum dirinya di paksa oleh keadaan sekitar hidup-nya, perut-nya dan takut mati-nya. tidak ada wanita bercita-cita tinggi menjadi pelacur, sekali pun itu menjadi kan dirinya superstar. terkenal, tenar dan kaya raya.

tidak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 03:15, sari-pun sepertinya kelelahan menceritakan kronologi kehidupan dan keluarganya. akhirnya aku mengajak temanku yang sedari tadi mencumbui wanita di sampingnya.

sari hanya pesan jangan sampai keluarganya mengetahui bahwa dirinya bekerja di tempat seperti ini.
"perlu hidup dengan ribuan kali kesalahan hingga kita bisa tau apa yang salah dan mana yang benar. jalanlah dengan takdir mu bukan takdir yang kau buat-buat. karena ada 3 takdir yangtidak bisa di rubah. kematian, rezeki dan jodoh..."

Minggu, 19 September 2010

Ketika Menutup Mata


aku adalah pengusaha kaya dari yang terkaya...
aku adalah manus
ia paling di hormati dan di hargai...
aku adalah musis
i terhebat di jagat raya...
aku adalah penulis tenar dan terkenal...


ibu, ini uang Rp.1.000.000.000.000.000,00 buat beli semua apa yang ibu ingin-kan...
ayah, ini uang Rp.1.000.000.000.000.000,00 buat beli semua apa yang ayah ingin-kan...
kakak-adik, ini
uang Rp.1.000.000.000.000.000,00 buat beli semua apa yang kalian ingin-kan...

tundukkan dunia di bawah telapak kakimu dan patahkan semua fatamorgana yang ada...

aku merasa senang,tenang dan menang "ketika menutup mata"...

Minggu, 12 September 2010

rasa "TAKUT" itupun hilang di makan waktu



selama ini saya hanya merasa tolol dengan melawan jutaan perasaan yang datang dan pergi secara membabi-buta, terkadang tidak mampu untuk memejamkan mata yang tak lagi indah. setiap detik dan menit yang berlalu serasa ada yang ingin menikam dengan belati yang maha tajam dari arah belakang, terkadang ada suara-suara yang samar menghapiri telinga ini, sepertinya angin ingin memberi ku pesan "waspadalah, hati-hatilah atau mungkin ingin menyuruh ku tetap berada di dalam kamar dan berpikir cara memenangkan pertandingan melawan perasaan".

ini bukan pilihan, masih sangat jelas di ingatanku apa yang di katakan teman ku saat berkeliling mencari tujuan "bukan memilih untuk tidak memilih, tapi mem
ilih untuk menghancurkan". dari situlah selalu ada hasrat untuk membunuh semua perasaan yang datang dan pergi, sungguh "anda" sangat tidak sopan datang dengan perasaan cinta, kasih dan ribuan sayang lalu pergi dengan perasaan benci, dendam dan jutaan marah yang menjadi hantu tanpa mengenal waktu untuk menampakkan wujud dari dalam diriku sendiri.

belum selesai "perasaan" yang satu datang lagi "perasaan" yang lain, sepertinya saya menjadi loket pembayaran rekening listrik dan perasaan-lah yang sedang mengantri tanpa ampun.

senja-pun mulai menghitam, sepertinya dia akan datang lagi malam ini, menyerang dan menyerang lagi. hanya alat tulis, beberapa batang rokok dan segelas kopi yang ku jadikan pedang dan perisai perlawananku terhadap perasaan sialan itu.



Jumat, 10 September 2010

"apapun akan aku lakukan untuk buatmu bahagia"

"hey nak, kenapa bersedih...?"

tanyaku pada bocah kecil nan lugu yang sedang merenung di atas trotoar.

sepertinya ada yang salah dengan pertanyaanku, bocah ini tetap di posisinya sebelum aku bertanya, tertunduk merenung diatas trotoar.

"hmm... hey nak', kenapa bersedih...?"

bola matanya mengarah padaku seakan ingin menjawab pertanyaanku.

"kamu orang baik?"

pertanyaan bocah ini seperti ingin mengusirku, mungkin aku harus menipumu nak'.

"iya nak"

"apa kamu pernah kehilangan sesuatu yang sangat berharga hingga kau membuang waktumu untuk bersedih?"

"sesuatu yang datang pasti akan pergi nak"


"tapi aku masih membutuhkannya disisiku, aku ingin dia ada disni sekarang, aku tahu dia sangat sayang padaku"


dengan raut wajah sedih dan bola matanya yang ingin melinangkan air mata kekecewaan.

sepertinya bocah ini sedang berada di fase yang sangat-sangat serius...

"bapak kamu di mana ?"

"saya tidak tahu siapa bapakku"

"trus ibu kamu ?"


"5 hari yang lalu ibu berkata padaku, *jangan sedih nak', tidak selamanya kita seperti ini, tuhan mungkin kecewa dan mencoba kita untuk lebih sabar dan bersyukur*."

"apa yang kau minta pada ibumu nak?"

"sama seperti anak-anak yang lain kepada ibunya"


"ibumu memberikannya?"

"TIDAK...!!!"


"kenapa nak?"


"sebelum ibu meninggal kemarin, dia di pukuli berame-rame oleh pedangan kaki lima, dan kelimat terakhir yang aku dengar dari mulutnya.
APAPUN AKAN AKU LAKUKAN UNTUK BUATMU BAHAGIA..."

dan bocah itu pun kembali berjalan...


subhanallah...

semoga tidak ada lagi nyawa, darah dan air mata kekecewaan yang mengotori bulan sucimu di tahun depan wahai nabi terakhir... amin...