Kamis, 21 Oktober 2010

terpeleset....!!!


rambutmu keren, sembari melepas senyum kecil di antara bibir tipisnya.
ahh tidak, helm ku lebih keren. masih tersenyum lebih kecil dari sebelumnya.
serius, rambutmu keren. senyumnya semakin kecil, sudah tidak terlihat lesumnya.
saya sudah serius... rambutku lebih ke...ren... senyumnya berubah menjadi tawa dan saya baru sadar ternyata tukang parkir sudah menunggu dari tadi.

di tanganku sendiri batu nisan itu terletak

percayalah kalau kubilang bahwa kalian tidak butuh pengetahuan hewan berkuku belah mana pun untuk membantu memecahkan rahasia pohon anggur. salahkan pihak lain. selalu itu naluri pertama kalian. dan kalau tidak bisa menyalahkan pihak lain, mulailah menyatakan masalah itu bukan masalah atau dengan pengalihan isu kampungan berencana. ubah aturannya, geser gawangnya, lalu jika cara meraih surga adalah dengan cara menginjak ham dan pluralisme, maka saya akan memilih masuk neraka saja.

Maskulinitas


laut lepas biru tenang, sore hari, matahari akan pulang dan kembali tersenyum sebelum rembulan nyanyikan lagu sendu. bunyi bel, doa akhir zaman, kemenangan pelajar malas belajar. lagu terakhir bukan band penutup, hormat buat dewan juri (asshole) lalu riuh tepuk tangan penonton dan lagu patah hati pun menjadi jawara sore itu. tapi aku, aku masih menutup mulut. wanita berponi itu menusukkan besi tajam karatan beberapa kali ke dada sang pelajar yang menikmati matahari sore sambil menyanyikan lagu patah hati.

yah, aku tidak kaget...


tidak ada jawaban sama sekali, ini kali ke enamnya ku mengetuk langit dengan keras. hanya ada gambar yang tidak jelas di dalam tenggorokan bernanah. masih berdiri berhadapan matahari, tidak ada jawaban sama sekali, ini kali keseribunya ku mengetuk langit dengan sangat keras. hanya ada gambar dengan milyaran warna yang berbeda dan siap membunuh.

Sabtu, 09 Oktober 2010

cepatlah bangun...


akhir-akhir ini hujan sudah seperti obat bagi pasien rumah sakit, terkadang lebih. yah, terkadang lebih jika sang majikan memberikan jadwal yang padat untuk tampil memukau di langit gelap.

di sana-sini genangan air, ada yang tampak jelas dan ada pula yang malu-malu memperlihatkan wajah keruhnya.

padi enggan menguning, dia sudah tidak tertunduk lagi melainkan tertidur pulas beralas dan berselimutkan hujan lebat.

"bersabarlah wahai petani, sang majikan hanya memberi kita cobaan yang ringan. sang majikan tidak mungkin menguji di luar batas kemampuan kita"

salah satu padi yang tengah sekarat mencoba memberi motivasi kepada sahabatnya, si petani murung memikirkan anaknya yang akan melanjutkan sekolahnya.

banyak yang marah, tidak sedikit yang memaki. ada yang batal nge-date, ada pula yang pernikahannya tertunda.

tapi kematian...?

kematian tidak bisa tertunda apalagi harus batal.

dia meninggalkan ke dua orang tua dan sodaranya di usia sepuluh bulan setelah terserang Dengue Hemorrhagic Fever.

mereka terseret, terjebak dan tertimbung banjir bandang setelah hujan deras menghajar ujung timur negara ini. tidak sedikit yang mati, banyak dari mereka yang tidak di temukan.

tapi tidak mengurungkan niat sang majikan untuk lebih berbaik hati pada sepasang kekasih itu, pada calon mempelai itu, pada bocah mungil itu dan pada mereka yang di timur terjepit itu.


sang majikan hanya bisa menguji tetapi tidak ingin diuji, jika ini hanya mimpi cepatlah bangun dari tidurmu dan saranku... berganti namalah wahai majikan...

lagu lama

gitar itu tidak homophobic, dia juga tidak menderita nekrofil atau terjangkit virus hiv/aids. dia hanya sensitif, saat anda menggunakan bikini sambil memainkannya.

asshole


terdengar sangat jelas suara adzan yang mengumandang dari arah belakang rumahku, subuh itu sangat ribut, hantaman hujan dari langit di atap rumah dan suara adzan dari masjid berpacu saling berlomba berdendang di telingaku.

"ayolah nak, ambil wudhu lalu ke masjidlah sholat" kata malaikat di samping kananku.

"tidak usah nak, dia itu penipu. lebih baik kamu tidur saja" kata malaikat di samping kiriku.

lalu, mereka bertengkar. membuat keributan, lebih ribut dari hantaman
hujan dari langit diatap rumah dan suara adzan yang menggema. tidak ada yang mengalah, mereka tidak peduli padaku, mereka hanya menginnginkanku menjadi dirinya saja, tidak lebih. akupun muak mendengar mereka bertengkar.

"diam" sekuat tenaga aku teriak, sisanya aku simpan untuk melawan.

mereka terdiam memandang wajahku, ke duanya sudah memar-memar saling menyerang.

"kalian pulang saja ke tuan mu, tidak usah mengajarkan aku ini itu, baik buruk dan salah benar. aku sudah dewasa"


dengan langkah kura-kura, mereka saling berpegangan meninggalkanku dengan raut wajah yang sedih.

Sabtu, 02 Oktober 2010

"Si Kertas Usang"

"malam larut memang paling asik bicara masalah perasaan"

si wa gadis yang suka bertengkar dengar cowok, jorok, biru hitam coklat abu-abu warna favoritnya, sepatu kets, ngupil, makan bakso, tidur tanpa menggunakan bra, mandi kilat, teh, menyendiri dan menangis tidak jelas.

"jika kalian merasa kekasihmu bersifat seperti si-wa, tolong caci-maki saya. karena saat ini saya menyayangi kekasih anda" :)

entah dari mana gadis jorok yang selalu menyendiri ini datang dan selalu menjadikanku pelarian dikala sepi menyelimutinya.

lain si wa, lain juga si at. sedikit banyaknya pasti manusia punya persamaan dengan manusia yang lain.

bertengkar dengan cowok, jorok, makan bakso, teh dan menyendiri yang mereka miliki ciri, kesukaan atau sifat yang sama.

pertama kali aku lihat si at dengan menggunakan celana pendek dan baju kedodoran sembari membiarkan bola basket itu terus berputar di jarinya yang tak manis lagi.


lewat tengah malam, dimana
bintang dan rembulan sedang asik bercinta sambil memandangi angin yang menggoyangkan pucuk-pucuk pepohonan dengan belaian lembut dan penuh kemesraan.


malam itu-pun ku ajak sahabatku bercerita, "si kertas usang" tentang kisah cintanya pada "si tinta tua"


"hei kertas usang, kapan kau mencintai dan di cintai si tinta tua?"


"hmm... entah kapan itu, aku sudah tidak mengingat hal yang bersejarah itu. coba kau tanyakan pada orang cina yang bernama tsai lun"

"apa kamu di paksa atau memang itu pilihanmu?"


"dipaksa atau memilih
itu sudah tidak penting lagi bagiku, aku juga sudah tidak ingat lagi. mungkin sekitar 105 Masehi kami bertemu, intinya sekarang kami pasangan teromantis atau pasangan terbaik sepanjang masa. dulu sebelum ada aku, si tinta tua punya kekasih yang bernama prasasti batu, si kayu, si bambu, si kulit atau si tulang binatang, si sutra, bahkan si daun lontar. tapi itu semua tidak bertahan lama, tidak selama kisah cinta kami yang tidak pupus dimakan zaman"

"apa aku bisa seperti mu?"

"aku tidak yakin, apa kamu bisa bersabar, bersabar menunggu waktu yang selalu ingin membunuhmu?"

"apa itu pilihan?"

"ini dilema. mereka menganggapmu baik, mungkin. mungkin saja mereka merasa nyaman dan sedikit tenang setelah memuntahkan kesedihannya, kekesalannya, kekecewaannya dan kelemahanya tepat di wajahmu. apa bedan
ya dengan dirimu padaku? di saat kau sedang sepi, sedih, kesal, kecewa dan lemah, kau selalu menjadikanku sebagai pelarianku, mencoreti-ku dengan semua kegundahaan-mu."

"seberapa lama aku harus bersabar?"

"selama waktu yang dia butuhkan, waktu yang tertunda adalah jawaban dari semua pertanyaan"

"terus, aku harus diam saja?"

"kadang, diam adalah emas"

"apa menurutmu aku seperti emas baginya?"

"mungkin, kau sudah menjadi emas baginya. di saat kesepian menjadi kekasihnya, kau bisa berada diantanya dan menjadi emas.*bersabarlah anak baik*. suatu saat dia akan menjadi tinta tua-mu dan kau adalah kertas usang-nya yang selalu memberikan tempat di kala dia sedang terjatuh"

apa aku bermimpi, atau memang aku sedang bermimpi indah, dimana aku mendekatinya, lebih dekat, lebih dekat dan lebih dekat lagi sehingga aku bisa memeluknya, merasakan hembusan nafas-nya yang berhamburan di wajahku dan dengan terbata ku bisikkan tepat di daun telinganya "aku membutuhkanmu"

hei mimpi, bangunkan a
ku dari tidur nyenyak-ku dan biarkan aku melakukannya di kehidupan nyataku...