Minggu, 21 November 2010

mengintip mimpi


meludah di antara kerumunan hujan sama persisnya minum alkohol dalam keadaan setengah sadar, paling tidak seperti itu menurutku. sebagian ludah mengalir pelan melalui dagu bersama hujan, hanya sebentar, lalu menghilang dan meludah lagi. bulir-bulir air yang turun dari langit itu menjilati seluruh tubuh, tak ada yang tersisa, semuanya basah. entah dari mana asalnya, dari awan gelap yang murung? dari tangisan dewa dewi yang sedang patah hati? atau tuhan sedang ikut meludah? Persetan. Kotaku basah, pagiku basah, siangku basah, soreku basah. Diujung sana bebunyian bergemuruh, tidak ada yang menyukainya, mereka ketakutan mendengarnya. Bebunyian aneh yang entah dari mana berasal, sama seperti bulir air yang turun dari langit, entah dari mana asalnya. Malam hari tak selalu basah, bebunyian aneh itu bersembunyi di balik belaian sayang rembulan.

Kelelahan menunggu malam yang mengantarkan lelap dalam pelukan guling. Aku Terbangun dengan mimpi indah, bermimpi menggunting bibir arab, membutakan matanya lalu membunuhnya dengan perlahan. Ku kembalikan bangkai arab di asalnya tanpa sepeser gaji dan nabi terakhir pun menggelengkan kepala. Subhanallah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar