Sabtu, 02 Oktober 2010

"Si Kertas Usang"

"malam larut memang paling asik bicara masalah perasaan"

si wa gadis yang suka bertengkar dengar cowok, jorok, biru hitam coklat abu-abu warna favoritnya, sepatu kets, ngupil, makan bakso, tidur tanpa menggunakan bra, mandi kilat, teh, menyendiri dan menangis tidak jelas.

"jika kalian merasa kekasihmu bersifat seperti si-wa, tolong caci-maki saya. karena saat ini saya menyayangi kekasih anda" :)

entah dari mana gadis jorok yang selalu menyendiri ini datang dan selalu menjadikanku pelarian dikala sepi menyelimutinya.

lain si wa, lain juga si at. sedikit banyaknya pasti manusia punya persamaan dengan manusia yang lain.

bertengkar dengan cowok, jorok, makan bakso, teh dan menyendiri yang mereka miliki ciri, kesukaan atau sifat yang sama.

pertama kali aku lihat si at dengan menggunakan celana pendek dan baju kedodoran sembari membiarkan bola basket itu terus berputar di jarinya yang tak manis lagi.


lewat tengah malam, dimana
bintang dan rembulan sedang asik bercinta sambil memandangi angin yang menggoyangkan pucuk-pucuk pepohonan dengan belaian lembut dan penuh kemesraan.


malam itu-pun ku ajak sahabatku bercerita, "si kertas usang" tentang kisah cintanya pada "si tinta tua"


"hei kertas usang, kapan kau mencintai dan di cintai si tinta tua?"


"hmm... entah kapan itu, aku sudah tidak mengingat hal yang bersejarah itu. coba kau tanyakan pada orang cina yang bernama tsai lun"

"apa kamu di paksa atau memang itu pilihanmu?"


"dipaksa atau memilih
itu sudah tidak penting lagi bagiku, aku juga sudah tidak ingat lagi. mungkin sekitar 105 Masehi kami bertemu, intinya sekarang kami pasangan teromantis atau pasangan terbaik sepanjang masa. dulu sebelum ada aku, si tinta tua punya kekasih yang bernama prasasti batu, si kayu, si bambu, si kulit atau si tulang binatang, si sutra, bahkan si daun lontar. tapi itu semua tidak bertahan lama, tidak selama kisah cinta kami yang tidak pupus dimakan zaman"

"apa aku bisa seperti mu?"

"aku tidak yakin, apa kamu bisa bersabar, bersabar menunggu waktu yang selalu ingin membunuhmu?"

"apa itu pilihan?"

"ini dilema. mereka menganggapmu baik, mungkin. mungkin saja mereka merasa nyaman dan sedikit tenang setelah memuntahkan kesedihannya, kekesalannya, kekecewaannya dan kelemahanya tepat di wajahmu. apa bedan
ya dengan dirimu padaku? di saat kau sedang sepi, sedih, kesal, kecewa dan lemah, kau selalu menjadikanku sebagai pelarianku, mencoreti-ku dengan semua kegundahaan-mu."

"seberapa lama aku harus bersabar?"

"selama waktu yang dia butuhkan, waktu yang tertunda adalah jawaban dari semua pertanyaan"

"terus, aku harus diam saja?"

"kadang, diam adalah emas"

"apa menurutmu aku seperti emas baginya?"

"mungkin, kau sudah menjadi emas baginya. di saat kesepian menjadi kekasihnya, kau bisa berada diantanya dan menjadi emas.*bersabarlah anak baik*. suatu saat dia akan menjadi tinta tua-mu dan kau adalah kertas usang-nya yang selalu memberikan tempat di kala dia sedang terjatuh"

apa aku bermimpi, atau memang aku sedang bermimpi indah, dimana aku mendekatinya, lebih dekat, lebih dekat dan lebih dekat lagi sehingga aku bisa memeluknya, merasakan hembusan nafas-nya yang berhamburan di wajahku dan dengan terbata ku bisikkan tepat di daun telinganya "aku membutuhkanmu"

hei mimpi, bangunkan a
ku dari tidur nyenyak-ku dan biarkan aku melakukannya di kehidupan nyataku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar