Sabtu, 09 Oktober 2010

cepatlah bangun...


akhir-akhir ini hujan sudah seperti obat bagi pasien rumah sakit, terkadang lebih. yah, terkadang lebih jika sang majikan memberikan jadwal yang padat untuk tampil memukau di langit gelap.

di sana-sini genangan air, ada yang tampak jelas dan ada pula yang malu-malu memperlihatkan wajah keruhnya.

padi enggan menguning, dia sudah tidak tertunduk lagi melainkan tertidur pulas beralas dan berselimutkan hujan lebat.

"bersabarlah wahai petani, sang majikan hanya memberi kita cobaan yang ringan. sang majikan tidak mungkin menguji di luar batas kemampuan kita"

salah satu padi yang tengah sekarat mencoba memberi motivasi kepada sahabatnya, si petani murung memikirkan anaknya yang akan melanjutkan sekolahnya.

banyak yang marah, tidak sedikit yang memaki. ada yang batal nge-date, ada pula yang pernikahannya tertunda.

tapi kematian...?

kematian tidak bisa tertunda apalagi harus batal.

dia meninggalkan ke dua orang tua dan sodaranya di usia sepuluh bulan setelah terserang Dengue Hemorrhagic Fever.

mereka terseret, terjebak dan tertimbung banjir bandang setelah hujan deras menghajar ujung timur negara ini. tidak sedikit yang mati, banyak dari mereka yang tidak di temukan.

tapi tidak mengurungkan niat sang majikan untuk lebih berbaik hati pada sepasang kekasih itu, pada calon mempelai itu, pada bocah mungil itu dan pada mereka yang di timur terjepit itu.


sang majikan hanya bisa menguji tetapi tidak ingin diuji, jika ini hanya mimpi cepatlah bangun dari tidurmu dan saranku... berganti namalah wahai majikan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar