Kamis, 22 Desember 2011

Solidaritas Punk Sul-Sel di 15 kilometer untuk pelanggaran HAM di Indonesia




Aksi solidaritas Punk Sul-Sel untuk pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dimulai dari berkumpul dan membahas semua persiapan untuk turun langsung kejalan pada tanggal 19 desember 2011 kemarin di ex-Harapan Baru Makassar. Lebih dari 50 orang teman-teman yang datang dari luar daerah ikut berpartisipasi dalam pembahasan aksi damai tersebut. Mulai dari sore jam 4 hingga sekitar jam 6 lewat, semua sepakat dengan yang telah diperbincangkan, jika ini aksi damai, bukan aksi menuntut, bukan aksi anarkis model mahasiswa, kita turun kejalan untuk memberitahukan ke masyarakat jika diluar sana sudah terlalu banyak pelanggaran HAM yang terjadi dan dilakukan oleh oknum berseragam, oknum beragama, aparat dan pelaku bisnis besar serta pemilik saham dan modal, sekali lagi bukan aksi anarkis. Dan yang kita sepakati juga tidak ada organisasi lain diluar komunitas Punk (UG Sul-Sel.red).





Semuanya terorganisir tanpa ketua, semuanya berjalan lancar tanpa adanya pihak yang mengatasnamakan komunitas ini itu. Dan akhirnya semuanya sepakat untuk turun kejalan pada hari rabu tanggal 21 desember 2011 kemarin. Sekitar jam 12 siang gedung ex-Harapan Baru sudah mulai di penuhi para punkers dari Makassar maupun dari luar kota Makassar. Ada yang berjalan kaki, mengendarai motor, angkot dan menumpang di truk, sebuah fenomena yang membanggakan kita semua, kalau kita bisa dan kita tidak kalah hanya karena kita “beda”. Hingga sekitar jam 2 siang, dimana kurang lebih 300 pasang mata telah siap melakukan aksi solidaritas untuk semua pelanggaran HAM di Indonesia. Rute yang di sepakati dengan berjalan kaki dari ex-Harapan Baru – Flyover (sebar selebaran) – Benteng Rotterdam (life music, tetrikal dan baca puisi), semuanya aman dan kami juga berusaha untuk tidak mengganggu pengguna jalan lainnya yang sedang melakukan aktifitasnya. Beberapa kali singgah untuk berteduh dan istirahat sejenak, karena panas matahari yang lumayan menguras tenaga tapi tidak menguras semangat.










Hingga pada pukul 16.30 kita semua akhirnya tiba di titik ke-2, Flyover. Dan tiba-tiba saja saya merasa aneh, aneh karena yang kita bahas kemarin tidak sesuai yang kita jalankan. Ada yang berorasi menuntut ini itu, hingga memaki sepenuh hati. Kita punk atau mahasiswa sih? Kan sudah di bilang waktu membahas aksi ini, “kita jangan aksi kayak mahasiswa”, kok sampai ada yang orasi menuntut dan memaki di bawah Flyover? Sebenarnya disitu kita cuma singgah untuk menyebar selebaran kepada masyarakat, kalau diluar sana banyak pelanggaran HAM yang terjadi, yang terexpose dan yang sengaja di buramkan dan di hilangkan oleh segelintir oknum dan media mainstream. Percuma dong selebaran itu ada. Yang lebih anehnya lagi, sudah jelas-jelas yang kita bicarakan sebelum turun kejalan adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia, bukan cuman Pelanggaran Hak Asasi Punk. Eh tetap saja tidak sesuai konsep awal. Dan yang lebih ngerinya lagi, ada beberapa yang memaki-maki media mainstream, parahnya lagi, mereka menganggap jika punk sudah tunduk dan bekerja sama dengan media mainstream karena tidak berbuat apa-apa saat wartawan sibuk meliput. Dan lebih parah satu dari yang memaki media mainstream itu meminta maaf kepada wartawan yang sensitif, saya masih ingat orangnya dan masih hafal apa yang ia katakan pada wartawan “sorry bos hehe kita ini sama-sama jaki pelaku media” , what ur think? Fuck off!
Setelah sempat brifing dadakan, akhirnya kami melanjutkan jalan kaki menuju benteng Rotterdam. Dengan semangat yang full dan tenaga yang mulai terkuras. Tapi itu bukan masalah, kebersamaan dan rasa persaudaraanlah yang membawa kami hingga melanjutkan apa yang telah kita sepakati bersama untuk solidaritas pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di Indonesia dan Makassar tentunya.

Cuma ada yang lucu saat saya berjalan dibarisan belakang, ada seorang cowok dan dua orang cewek yang berbincang tepat didepan saya. Si cowok berkata seperti ini pada kedua cewek tersebut “anak pang not det ini semua di’, nda ada anak endang sokamti” dan cewekpun membalasnya dengan santai “io di’”. Akhirnya saya merasa lumayan segar, karena ada lelucon yang sangat primitif. Kalau kalian tidak tahu apa yang kalian jalankan, ada bagusnya jangan memakai attitude Punk, kasihan teman-teman saya yang selalu di cap bodoh dengan orang-orang yang bersekolah tinggi. 




Akhirnya kami melanjutkan perjalan sejauh 15 kilo meter, tapi itu bukan seberapa dibanding saudara saudari kami yang hak hidupnya di telanjangi, di injak-injak serta di anggap binatang oleh para pelaku bisnis, korporasi , pemilik modal, aparat serta petinggi Negara.

Sembari berjalan, ada beberapa dari kami yang sambil bernyanyi tentang bobroknya aparat dan hukum di Indonesia, ada yang membagi selebaran dan ada yang protes menggunakan pilox! Tetap kami berusaha untuk tidak mengganggu pengguna jalan yang lain.

Sempat istrahat beberapa menit di samping karebosi, tepatnya di jalan R.A Kartini. Dan kembali melanjutkan hingga akhirnya sampai di titik tujuan, yaitu benteng Rotterdam di jalan penghibur, Makassar.



Ada yang langsung mencari tempat untuk bersandar, duduk untuk beristrahat lagi, ada juga yang mempersiapkan acara selanjutnya seperti membahas pelanggaran HAM di Indonesia, Teatrikal, music dan baca puisi. Hingga atas saran kawan kami, Yaya, akhirnya kami membuat lingkaran di depan benteng Rotterdam tanpa mengganggu yang ingin keluar masuk di dalam benteng tersebut. Dan yang terjadi diawal pembahas beda tipis dengan yang terjadi dibawah Flyover. Sudahlah, kita semua satu tujuan hanya saja cara kita masih berbeda. setelah beberapa kawan kita yang melontarkan amarah untuk pelanggaran HAM di Indonesia, langsung dilanjut baca puisi, orasi, musik, teatrikal yang mempertunjukkan betapa bodohnya hukum dalam menangani kasus HAM di Indonesia. Jadi jangan salahkan kami jika, kemarin, hari ini, esok dan selamanya kami akan tetap melawan untuk merebut hak kami yang telah tercuri oleh Negara kami sendiri. Akhirnya kawan kami, Aslam, menutup acara dengan membabi buta semua siklus parade Aparat, Korporasi, Agama dan Negara yang mengintimidasi rakyat kecil, yang menginjak-injak hak hidup orang lain, yang mencari keuntungan dari rakyat biasa, dan yang mengklaim dirinya pemimpin bumi. Kami tidak sedikit dan kami sangat berbahaya!
Terima kasih buat semua teman dari luar kota Makassar, dari bone, palopo, sidrap, maros, gowa dan dari manapun asalmu, kita satu maka kita kuat, rebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik kita!

KEBEBASAN HAK ASASI MANUSIA DI ATAS SEGALA-GALANYA DIBUMI INI…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar