
Tak terasa matahari mulai meninggi, kopi yang sudah tidak hangat lagi tinggal setengah dan kembali si ibu menyelipkan dibibirnya yang mengering sebatang rokok berfilter coklat. Mungkin ini salah satu penyemangat si ibu untuk tetap berada di dapur. hhe...
Kenapa si ibu tidak menggunakan minyak tanah atau kompor gas...?
Kenapa si ibu ingin repot-repot memasak dan menanak di atas tungku/tembikar tersebut...?
Kenapa..?
Mungkin karena minyak tanah yang sudah menghilang di pasaran dan tabung gas yang sering meledakkan dapur kesayangan si ibu, hahaa...
it's simple... yang saya tahu karena faktor ekonomi yang harus mendorong si ibu untuk berhemat, dengan modal kayu bakar yang didapatkan dari sebelah rumah sangat menguntungkan si ibu untuk tidak mencari dan membeli minyak tanah dan tabung gas, lagian tungku/tembikar yang berbahan bakar kayu tersebut tidak kalah bagusnya dengan kompor gas atau kompor biasa dalam hal memasak atau menanak.
so... kenapa harus mahal kalau ada yang murah.
tetap semangat buat si ibu walau minyak tanah menghilang dan tabung gas melambung tinggi, tidak selamanya kita seperti ini.
love you mam... :)
"Konversi minyak tanah ke elpiji membuat warga semakin menderita karena minyak tanah menghilang sementara harga elpiji terus naik. Akibatnya, warga terpaksa mulai memakai kayu bakar untuk memasak. Di pasaran, harga elpiji tabung isi 12 kg mencapai antara Rp 77.000 - Rp 90.000 per tabung"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar