
kita tidak akan pernah tahu pasti seberapa panas api neraka membakar habis kulit dan tulang-tulang yang melekat di tubuh ini atau kita tidak akan pernah tahu pasti surga yang di tawarkan tuhan itu ada atau hanya khayalan, mimpi atau dongeng belaka sebelum kita mati.
sama seperti keingintahuan ku terhadap tempat hiburan malam, clubbing atau semacamnya dengan jutaan rasa penasaran yang membabi buta membuat ku sudah berada di antara jl. ujung pandang. panorama dan aura malam yang di tawarkan secara gratis pantai losari menambah indahnya kota yang dikenal sebagai kota angin mamiri.
sebenarnya jika di suruh memilih, aku lebih senang berada di antara gerombolan berambut mohawk yang sedang berdiskusi tentang perlawanan, pemberontakan, pengkotakan dan kapitalisme industri musik yang mengatasnama-kan "indie"...
tapi ini masalah perasaan dan ke-ingintahuan yang luar biasa, aku tidak puas jika hanya mendengar dari omongan teman-temanku yang pernah kesana, apa lagi harus percaya pada mereka yang belum pernah sekalipun mencicipi tempat yang konon katanya surga dunia.
"hmm.. mau surga dunia, surga akhirat atau neraka sekalipun, aku tidak perduli..."

aku cuman ingin tahu, seberapa hebatnya tempat yang di juluki surga dunia itu hingga bisa di bilang separuh masyrakat konsumtif di kota ini bergonta ganti datang menikmatinya.
sepertinya rembulan mengikuti langkahku menuju jl.nusantara, tak apalah. siapa tahu rembulan juga ingin tahu ada apa di dalam sana, mungkin ada bintang-bintang seperti bintang yang kadang tampak menemani di sisinya atau mungkin saja ada rembulan-rembulan yang tak seterang dan seindah dirinya.
tak terasa akhirnya aku sudah berdiri di depan pintu masuk salah satu bangun yang berjejer di suguhi pemandangan
sexy girl...
sepertinya kedua security/satpam itu nebatapku dengan sinis, ternyata benar. mereka menghalangi langkahku untuk masuk kedalam.
"ada ktp...?"
"ohh... tunggu""ini pak..."
untung aku membawa dompet yang selalu aku tinggalkan, coba kalau tidak. pasti rasa ingin tahu dan penasaraanku akan tertunda...
entah apa gerangan sehingga mereka menghentikan langkahku, mungkin karena penampilanku yang berbeda dengan yang lain...
akhirnya sala satu dari mereka mempersilahkan aku masuk setelah memberikan kembali ktp-ku...
berselang beberapa detik, aku dan temanku sudah duduk berhadapan dengan meja sebagai penghalang antara aku dan temanku.
"pesan apa pak"tanya pria berkemeja putih tersebut kepada temanku..
"2 botol bir dingin"
tidak salah lagi, pria berkemeja putih itu adalah pelayan di tempat ini...
mataku mulai perih karena asap rokok yang mengepul dan lampu-lampu blitz yang berkedap-kedip, jantung dan telingaku pun merasa ternganggu akibat alunan musik yang berdetak keras dengan irama
house music yang memuakkan. setan-setan pun berpesta, menanamkan ranjau-ranjaunya dalam diri wanita murahan, melesatkan panah nafsu untuk kemudian ditepuki dan di sertai suit-suit kecil saat manusia mulai tergoda. akal sehat pun telah mampet, tak lagi berfungsi.
aku mencoba menahan perih di mataku sembari melihat kesana-sini, tampak beberapa wanita yang menggunakan pakaian seadanya atau sangat minim, ada yang di pangku sambil berciuman, ada yang menari seperti ular kepanasan dan ada yang menggelengkan kepalanya tepat di depan lelaki paruh baya berkulit hitam...
beberepa menit kemudian, bir dingin yang di pesan datang juga. tak lama berselang 2 wanita yang menuggunakan
t-shirt super ketat sehingga tampak jelas payudara-nya yang hampir menyembur keluar itu menyapa dengan lembut.
"hai..."
temanku pun langsung dengan cekatan dan sigap penuh senyum kemenangan membalasnya...
"hai manis..."
"sini duduk..."
tanpa basi-basi pun ke 2 wanita itu menuruti perintah temanku, yang berambut panjang menggunakan
t-shirt warna putih duduk di samping temanku dan yang satu duduk di sampingku dengan potongan rambut pendek mirip ala polwan dan menggunakan
t-shirt berwarna merah terang.
lampu blitz yang kerlap-kerlip seperti pesta kembang api di malam pergantian tahun itu membuatku sulit melihat wajah di balik
make-up tebal yang duduk di sampingku tersebut. namun setelah salah satu lampu blitz berwarna kuning ke-emasan menyorot wajah wanita tersebut, walaupun hanya hitungan detik aku sudah dapat melihatnya.
tapi kenapa perasaanku tiba-tiba membuatku kembali ke masa lalu. akuingat seorang gadis manis nan-lugu yang selalu teriak di pagi hari dengan seragamputih merah dan tas besar di belakangnya. masalahnya aku sudah lupa siapa nama gadis manis nan-lugu yang selqalu memanggilku di pagi hari. jangankan namanya, kabar pun tak pernah ku dengar seperti di telan bumi setelah pindah saat kami duduk di bangku kelas 4 salah satu sekolah dasar di kota ini.
"ahh... tidak mungkin, dia-kan di didik dengan baikdan penuh kasih sayang sama ke-2 orang tuanya.." bisik ku dalam hati.
"kok diam...?""halloo...?"
"ehh... sorry sorry"
"kok diam...?"
"hehe...
nda'ji"
"minum
ki' bir-mu"
wanita yang sedari tadi berada disampingkumenyodorkan gelas yang penuh dengan biri dingin.
"oh...
iye'..."
aku-pun langsung meminum bir dingintersebut dan hampir setengahnya habis. ternyata aku ke-hausan, semoga tidak haus akan dunia seperti ini.
"haus ya...?" sambil tersenyum kecil.
senyum itu tidak asing, sepertinya senyum itu pernah mengisi hari-hariku.
"hmm.. lumayan""ehh.. siapa nama mu?"
"elzy, panggil aja zhizi. kenapa?"
"oh,
nda' ji"
perasaan tidak ada nama se-rumit itu saat bersekolah dulu, atau mungkin saja dia berganti nama?
"ahh, bodoh" gumam-ku dalam hati.
toh aku datang kesini bukan untuk mengetahui siapa dia.
aku kembali pada tujuanku pertama. ke-ingintahuan dan rasa penasaran atas surga yang di buat setan.
"ehh, berapa semalam?"
"siapa, saya?"
"
iye'..."
"sejam Rp.175.000"
"ohh..." cuman itu jawabanku.

paling tidak aku sudah sedikit tahu tentang kehidupan disini, akuj tidak ingin terlalu jauh bertanya.
"kenapa, mau?" sembari menatap mataku dengan senyumnya yang manis.
"
nda'ji"
"irwaaann...!!!"
dia menyebut namaku dengan ribuaan perasaan terkejut dan tangannya menggenggam bahuku berusaha memalingkan wajahku, tampa di-
dikte-pun akusudah memalingkan wajahkuj dengan rasa penasaran.
sekarang aku semakin yakin kalau dia adalah teman semasa kecil dulu, tahi lalat di bawah mata kanannya adalah tanda kalau dia benar teman lamaku yang bernama sari...
sekali lagi lampu
blitz berwarna kuning ke-emasan membantuku untuk dapat melihat jelas tahi lalat di bawah mata kanannya. secara spontan akupun langsung teringat namanya.
"sari...???"
"astaga, saya kira
mati moko irwan hahaha" tawanya sangat lepas, seperti ridak ada beban di pundaknya sama sekali.
"kerja
ko' di sini-nah?"
"
iyo irwan"
"kau
iya dimana
ko' kerja?"
"ihh, saling kenal
jako pale'...!!!"
temanku memotong pembicaraan kami, tapi tak ku hiraukan dan sari pu hanya tersenyum kecil. sifat tertutupnya pada orang yang tidak terlalu dikenalnya masih seperti dulu...
"tunggu dulu, kerja
betulan ko' disini?"
"
iyo irwan, kenapa-kah?
mdd, pasti jijik
ko' juga punya teman seperti
saya-toh?" garis cemberut pun mengotori diwajah manisnya.
"bukan itu maksudku.
ehh, kenapa
ko' bisa sampai
disini-nah? kenapa
ko' bisa kerja di tempat seperti ini sari?"
sari belum menjawab, temanku pun teriak memesan.
"bos, tambah bir dingin-nya dua botol sama surya satu bungkus"
perasaan bir-ku belum habis, tapi temankuj tetap pesan dua botol.
"
ahh nda penting ji" gumam ku dalam hati lagi.
"panjang ceritanya irwan!!!"
dengan wajah tertunduk, seperti-nya sari ingin mengeluarkan semua
unek-uneknya, semua marah, kesal, dendam dan entah apa-lah itu semua. aku hanya fokus ingin mendengarkan kejadian yang menimpa teman lamaku ini yang sempat kulupa namanya.
"ada dua adik-ku irwan. yang ke-2 kelas 2 smp dan yang ke-3 kelas 5 sd. berubah
ki' sikapnya pace-ku tiga tahun belakangan ini. selalu
ki' mabok-mabokan, pulang malam, parahnya lagi suka
na pukul mace-ku
kodong, baru
nda pernah
mi na peduli anak-anaknya."
air matanya pun tak tertahankan lagi, tak terbendungkan lagi, mengalir bagai sungai tak berujung. polesan
make-up yang tebal kini terlihat menor dan luntur.
belum sempat aku bertanya, sari kembali melanjutkan ceritanya.
"baru mace-ku juga sakit-sakit
mi kodong, kurus sekali
mi sekarang. terlalu sakit
mi hatinya, apa lagi pas adekku di
kasi' keluar dari sekolah gara-gara
nda membayar uang sekolah"
"tapi-kan banyak
ji pekerjaan yang lebih baik dan lebih terhormat dari pada ini sari"
"saya tau
ji irwan, salah
ka memang. itu hari
nda tau mi apa saya mau lakukan, baru tiba-tiba datang teman ku tawari
ka ini pekerjaan.
nda pikir panjang
ma langsung
ka pa' iyo ki'"
"berapa lama
mako kerja disini?"
"sekitar 4 bulan
ma irwan, saya juga tidak terikat kontrak atau semacamnya
. cuma 40% pendapatanku di ambil sama pengelolah tempat ini. lagian juga terpaksa
ja kerja disini, kalau bukan kebutuhan ekonomi keluargaku,
nda mungkin
ja mau kerja begini."
kata "TERPAKSA" memang selalu menjadi "ALASAN KLASIK" di era serba menuhan-kan uang, uang dan uang. tidak ada manusia yang bermimpi menjadi pencuri sebelum dirinya di paksa oleh keadaan sekitar hidup-nya, perut-nya dan takut mati-nya. tidak ada wanita bercita-cita tinggi menjadi pelacur, sekali pun itu menjadi kan dirinya superstar. terkenal, tenar dan kaya raya.
tidak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 03:15, sari-pun sepertinya kelelahan menceritakan kronologi kehidupan dan keluarganya. akhirnya aku mengajak temanku yang sedari tadi mencumbui wanita di sampingnya.
sari hanya pesan jangan sampai keluarganya mengetahui bahwa dirinya bekerja di tempat seperti ini.

"perlu hidup dengan ribuan kali kesalahan hingga kita bisa tau apa yang salah dan mana yang benar. jalanlah dengan takdir mu bukan takdir yang kau buat-buat. karena ada 3 takdir yangtidak bisa di rubah. kematian, rezeki dan jodoh..."